MAKALAH KEIMANAN DAN KETAQWAAN
MAKALAH
KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Dosen :
Diah Retna Yuniarti,S.H.I,M.pd.I
Kelompok 3
Nama Anggota :
Abd aziz 1622211074
Ernawati 1622211016
Istiqomah 1622211031
STKIP
(SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN)
BANGKALAN
2016-2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan shalawat
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita disuatu
ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Keimanan dan Ketaqwaan” ini dengan lancar.
Makalah ini
ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media
massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya
bagi saya penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Bangkalan,
23 maret 2017
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
latar belakang
Manusia dalam menjalani
kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau melakukan interaksi sosial.
Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar
dalam proses interaksi tidak mengalami hambatan atau maslah dengan manusia
lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan
ketaqwaan seseorang. Keimanan dan ketaqwaan seseorang berbanding lurus dengan
akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimana dan ketaqwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketaqwaan adalah modal yang paling utama
dimiliki manusia sejak ia lahir dan
melekat pada dirinya.
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap anggap sebagai hal
yang biasa, oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali
arti dari keimanan dan ketaqwaan itu,
hal ini manusia selalu menganggap remeh tentang itu dan mengartikan keimanan
dan ketaqwaan hanya sebagai arti bahasa,
tidak mencari makna sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut
berjalan begitu saja.
B.
Rumusan masalah
1.Apa
pengertian keimanan?
3.Bagaimana proses terbentunya iman?
4.Bagaimna tanda-tanda orang beriman?
5.Apa saja yang merusak iman?
6.Pengertian Ketaqwaan?
7.kolerasi anatara keimanan dan ketaqwaan?
C.
Tujuan 1.Menjelaskan
pengertian iman 2.Memamparkan
pengertian iman
3.Memaparkan wujud
iman
4.Menjelaskan
terbentuknya iman
5.Menjelaskan
pengertian taqwa
6.Menjelaskan
kolerasi antara iman dan taqwa
7.Hal apa saja yang
merusak iman
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
pengertian
keimanan
Keimanan diambil dari kata iman yang secara
bahasa diartikan percaya. Namun, setelah mendapat imbuhan ke-an maka kata
tersebut bisa diartikan menjadi suatu nilai religius yang dimiliki oleh setiap
muslim untuk cenderung melakukan segala hal sesuai dengan aturan yang diajarkan
oleh Allah dan Rasul-Nya serta mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kehidupan yang dijalaninya teratur sedemikian rupa. Dari definisi di
atas tentunya kita bisa melihat syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
individu yang mengharapkan keimanan tersebut. Syarat itu tiada lain adalah
keadaa muslim. Setiap mu’min (orang yang memiliki keimanan bagus) pasti seorang
muslim juga, tetapi pernyataan tersebut tidak sebaliknya. Hubungan antara dua
keadaan (mu’min dan muslim) tersebut bisa disebut Nisbat ‘Umum Khusus Muthlaq.
Keimanan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu
manusia di alam dunia ini berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan
bahwa keimanan seseorang itu bisa meningkat dan berkurang.
Keimanan yang dimiliki oleh setiap individu manusia
di alam dunia ini berbeda-beda. Bahkan dalam suatu Hadits disebutkan bahwa
keimanan seseorang itu bisa meningkat dan berkurang. kita bisa menemukan bahwa
keimanan adalah suatu hal yang mutlak. Mutlak disini diartikan sebagai keadaan
“ya” atau “tidak”. Dalam istilah dunia Elektro biasa diartikan keadaan “1” atau
“0”. Oleh karena itu, apabila seseorang muslim berkurang keimanannya maka ia
jatuh kafir (na’udzubillahimindzaalik) dan untuk menjaga keimanan
tersebut maka ia dianjurkan untuk tetap menjaga keimanannya pada batas
tertentu.
“Tasdikun Bil Qolbi Wa Qaulu Bil Lisan Wa Amalu
Bil Arkan”
Ø Tasdikun Bil
Qolbi (menyakini dalam hati)
Ø Qaulu Bil Lisan
( diucapkan dengan
lisan/perkataan)
Ø Amalu Bil Arkan (diwujudkan dengan perbuatan)
v
Al-Imaam Ibnul-Qayyim
rahimahullah berkata :
حقيقة الإيمان مركبة من قول وعمل. والقول قسمان : قول القلب، وهو
الاعتقاد، وقول اللسان، وهو التكلّم بكلمة الإسلام. والعمل قسمان : عمل القلب، وهو
نيته وإخلاصه، وعمل الجوارح. فإذا زالت هذه الأربعة، زال الإيمان بكماله، وإذا زال
تصديق القلب، لم تنفع بقية الأجزاء
“Hakekat iman
terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati, yaitu
i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam
(mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan
hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang
keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila
hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang
lainnya” Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35.
Ø Wujud iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti
percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh
karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan
iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu
mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan.
Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara
utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah
bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi
dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai
muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang
muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak
memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam
pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman
mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang
datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya
didasarkan pada ajaran Islam.
Ø Proses Terbentunya iman
Imam mulai membentuk dan berproses sejak janin
masih berada dalam rahim sang ibu. Apa yang di makan ibu, sikap hidup dan
psikologis serta aktivitas kedua orang tuanya akan mempengaruhi perkembangan
keimanan seorang anak. Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan
pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul
apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi
punah. Demikian pula halnya dengan benih iman.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun
tidak langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh
terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa
merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang
buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik,
apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini
Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak
mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Seseorang yang
menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah harus
diperkenalkan sejak dini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari tingkat
verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak
menjadi mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-Qur’an.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga
perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci
berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa
yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya,
Secara metodologis ada beberapa prinsip dalam penanaman iman yaitu:
1. Prinsip pembinaan
berkesinambungan
Proses pembentukan iman
adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan tidak berkesudahan.
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin mampu
bersikap selektif. yang diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh
karena itu penting mengarahkan proses
motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan
selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya
ditolak.
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
Suatu nilai
hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku
tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui
suatu peristiwa internalisasi (usaha menerima nilai sebagai bagian dari
sikap mental) dan individuasi (menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah proses penanaman nilai
tersebutbukan hasilnya semata,karena dengan pengalaman-pengalaman yang panjang
terjadi Kritalisasi nilai
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya
nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah memperoleh
dimensi sosial. Keberhasilan suatu usaha baru dapat terukur jika sudah dapat
diterimasecara sosial bukan bukan tataran individual saja
4. Prinsip konsistensi dan koherensi
Nilai iman
lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara
konsisten, yaitu secara tetap, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung
pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya..
5. Prinsip integrasi
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa
menghadapkan setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan
yang luas dan menyeluruh. Tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai
iman tidak dapat terbentuk terpisah-pisah dan berdiri sendiri, namun semakin
integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula
hubungan setiap bentuk tingkah lakuyang berhubungan dengan iman yang dipelajari
Ø Tanda-tanda orang beriman
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang
beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah,
maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf
memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk
segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan berusaha memahami ayat yang
tidak dia pahami sebelumnya.
2. Senantiasa tawakkal,
yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu
harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali
Imran ayat 120, al-Maidah ayat 12,
3. Tertib dalam melaksanakan
shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal ayat 3 dan al-Mu’minun
ayat 2-7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera
shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang
diterimanya (al-Anfal ayat 3 dan al-Mukminun ayat 4). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan
di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi
ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan
yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun ayat 3-5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu
Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan
menempati janji (al-Mukminun ayat 6). Seorang mu’min tidak akan berkhianat dan
dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:
74). Berjihad di jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran
Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan
pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu merupakan
salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran
Allah dan Sunnah Rasul.
Ø HAL-HAL YANG MERUSAK IMAN
1.Syikik adalah Menyekutukan
Allah, pelakunya disebut Musrik.
Syirik
dibagi 2 :
-syirik khaffi (ria=pamer)
-syirik
jally (syirik yang nyata)
2. Riddah adalah keluar dari ajaran islam, pelakunya disebut murtad
Riddah
: 1. Riddah Qollbiyyah (hati) Ex :
Menyakini bahwa Allah adalah
benda
/ roh
2. Riddah
Qaukiyyah(ucapan) Ex : mencaci maki sesama maanusia
3. Riddah
fi’liyyah(perbuatan) Ex : menginjak Al-Qur’an
B.Pengertian
ketaqwaan
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi ,
wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan
makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan
yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (
istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti
selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya
dalam kehidupan sehari-hari ini.
Ciri-Ciri orang–orang yang bertaqwa, secara umum dapat
dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan yaitu :
Ø Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi.
Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
Ø Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim,
orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang
yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat
disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui
kesanggupan mengorbankan harta.
Ø Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain,
memelihara ibadah formal.
Ø Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara
kehormatan diri.
Ø Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau
dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.
C. Korelasi antara Keimanan dan
Ketaqwaan
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang
tidak bisa dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang
berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni
orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya kebaikan yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Keimanan pada ke esaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya kebaikan yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Keimanan pada ke esaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut
juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan
dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain
Allah) Tauhid ibadah adalah ketaatan
hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah,
atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat
tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
BAB III
KESIMPULAN
Beriman
kepada Allah adalah kebutuhan yang utama bagi manusia untuk merasakan
kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga macam akidah
dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.
Taqwa adalah
takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang
diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.
Seseorang
baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya
DAFTAR PUSTAKA
Saepul Anwar. Keimanan dan Ketaqwaan manusia :Mizan Media
Utama
Muchamad
Syihabulhaq. Definisi Takwa kelas
3 SMP tiga serangkai
Barata, Mappasessu, Muhammad. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar
AI-Qur’an dan terjemahannya (1974) Departemen Agama RI
Ahmad Amin, Akhlak, Terj. Bachtiar Affandi, (Jakarta
jembatan: 1957)
Komentar
Posting Komentar